Senin, 11 Oktober 2010

Keinginan Sebuah Harapan

Adi , Dilla, Tika dan Dito sudah seperti sahabat. Kami semua bertemu pada saat hari pertama masuk sekolah. Awalnya aku dan dilla telat masuk sekolah karena ternyata gerbang sekolah sudah ditutup.dan gak lama kemudian tika dan dito menyusul dibelakang kami. Mereka juga telat. Akhirnya kita semua tidak mengikuti hari pertama OSPEK. Dari situ aku dan dilla berkenalan dengan tika dan ditto. Sejak peristiwa itu kami menjadi dekat dan secara perlahan kami mulai mengetahui kebiasaan-kebiasaan satu sama lain.
Adi adalah seorang cowok yang jago sekali bermain sepak bola. Ia juga terkenal favorit di sekolahnya. Selain itu, ia juga sangat pintar dan mempunyai paras wajah yang gak ngebosenin kalo dilihat. Maka dari itu banyak cewek-cewek yang tertarik pada dia.
Dilla adalah cewek yang bertubuh mungil. Ia sangat hobi membuat novel. Ia sempat memamerkan karya novelnya itu kepada teman-temannya. Tetapi respon dari temen-temnnya membuat dilla menyesal karena telah memamerkan novelnya itu kepada mereka. “dapat inspirasi darimana dil?” Tanya adi. “Alur ceritanya gak jelas gitu, endingnya juga gag nyambung, kayanya kamu harus lebih banyak belajar deh sama mamah mu, lanjut dito.” Itu semua membuat dilla geram.
Kalo tika sangat pandai memasak. Makanya teman-temannya sangat suka bermain ke rumah tika. Sampai-sampai adi dan ditto suka minta dimasakin oleh tika. Selain pandai memasak tika juga mempunyai paras yang cantik, gak heran kalo cowok-cowok disekolahnya banyak yang mengincar dia.
Ditto adalah tipe cowok yang serius tapi santai. Hmmmm maksudnya, sekalinya ia serius mengerjakan sesuatu ditto tidak akan peduli oleh keadaan disekitarnya. Tapi kalo lagi santai ditolah yang paling enak diajak ngobrol atau curhat. Gak heran kalo ditto selalu mendapat beasiswa sejak ia dibangku SMP.
Dibalik keunggulan mereka, ada sebuah alasan yang membuat mereka kurang nyaman atau kurang puas dengan keunggulan meraka tersebut. Bisa dibilang, kurang sempurna dalam menjalani hidup. Karena mereka tidak bisa menjadi diri mereka sendiri, yang bebas melakukan apa yang mereka inginkan tanpa ada paksaan dari suatu keadaan disekitar mereka.
Misalnya adi, sebenarnya ia menyukai hobi bermain basket. ia terpaksa bermain sepak bola karena sang ayah dulu adalah pemain sepak bola yang sangat terkenal. Maka ayahnya ingin adi seperti dia. Ayahnya melatih adi dengan sangat keras untuk bisa menjadi pemain handal seperti dia. Makanya adi harus menghilangkan hobi basketnya itu semata-mata ia ingin membanggakan ayahnya. Dan ia selalu menang dalam permainan sepak bolanya itu. Tapi suatu hari saat pertandingan, ia kalah. Ayahnya sangat kecewa terhadap adi. Sampai-sampai ayahnya menampar adi. Pada saat makan malam, adi bercerita kalau sebenarnya dia itu tidak suka sepak bola melainkan dia menyukai basket dan ayahnya memukul meja makan dan langsung pergi meninggalkan meja makan. Ibu dan kakaknya adi sangat mendukung atas kejujuran sang adik. Stelah beberapa hari ayahnya berpikir bahwa tidak baik memaksakan anaknya untuk seperti dia. Dan ayahnya menyetujui adi bermain basket.
Dilla adalah seorang penulis novel. Ia seperti itu karena sang ibu adalah seorang penulis novel yang karya-karyanya sangat terkenal. Dilla sudah membuat novel berkali-kali tapi selalu saja gagal. Dan hanya satu yang diterima oleh media. Karena dilla selalu membuat novel yang gak nyambung alur ceritanya. Hinnga suatu ketika temannya mengajak dia utuk memfoto suatu bangunan tua yang nantinya foto tersebut kan diikutsertakan dalam lomba. Dan ternyata hasil fotonya lebih bagus dari cara ia membuat novel.hehehe. Beberapa hari kemudian ia menyadari bahwa dia tidak berbakat dibidang novel melainkan di bidang photographer. Akhirnya dilla bilang kepada ibunya bahwa ia tidak bisa membuat novel lagi dan sang ibu hanya tertawa. Karena sang ibu tidak pernah memaksakan dilla untu menjadi seperti dia.
Dibalik keahlian tika dalam memasak. Ia mempunyai cerita yang sangat menyedihkan. Kakanya meninggal beberapa bulan yang lalu. Kakanya berprofesi sebagai dokter seperti kedua orang tuanya. Dan beberapa kali mendapatkan mendali emas. Kedua orang tuanya tidak terima kalau jesica meninggal. Dan perlahan-lahan ibunya menjauhi tika. Tika merasa kalau dialah penyebab kakanya meninggal. Ia berpikir kenapa tidak dia saja yang meninggalakan orang tuanya kenapa harus jesica. Karena aku tidak bisa seperti ka jesica dan aku ingin mamah tau disini ada anakmu yang seorang lagi yang sangat mencintai dan ingin dicintai. Yang merasa terluka setiap kali melihat mamah kecewa. Yang sedih setiap kali tidak biasa memenuhi harapan mamah yang merasa tersiksa setiap kali sadar tidak ada yang bisa mengggantikan ka jesica. “ selayaknya hati setiap orang tua yang kehilangan puterinya. Mamah menghindarimu karena tidak ingin kamu tambah sedih melihat keadaan mamah dan jadi berpikir harus bisa menggantikan pisisis jesica, sahut mamah.” Akhirnya mereka berpelukan dan menangis satu sama lain.
Ditto baru menyadari bahwa apa yang ia lakukan selama ini adalah salah. Beasiswa yang selama ini ia dapatkan hanya untuk membuktikan bahwa ia lebih pintar daripada saudara tirinya. Karena dulu ayahnya selalu membeda-bedakan diti dengan saudara tirinya. Seiring bertambahnya usia ditto mulai sadar bahwa saudara tirinya adalah seorang yang ingin ia kejar dan lampaui. Saudaranya mewarisi kepandaian ayahnya yang seorang guru besar matematika terkenal di Indonesia. Ia harus jug harus berhasil mengikuti jalan yang sudah ditempuh oleh ayahnya dan juga kakanya itu. Dan ia bertekat bahwa ia tidak boleh gagal.

Sumber : "morning light" karya Windi Puspita Dewi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar